
Pura Agung Besakih, Peninggalan Bersejarah Kerajaan Bali – Pura Agung Besakih adalah pura tertua dan terbesar di Bali. Terletak di lereng Gunung Agung, pura ini sering disebut sebagai “Mother Temple” karena perannya yang sangat penting bagi kehidupan keagamaan masyarakat Bali. Selain tempat ibadah, Pura Agung Besakih juga menjadi saksi sejarah panjang kerajaan Bali dan budaya Hindu di pulau ini.
Kompleks pura ini sangat luas dan terdiri dari ratusan bangunan, candi, dan pelinggih yang dibangun bertingkat mengikuti lereng gunung. Setiap bangunan memiliki makna spiritual, mencerminkan hubungan manusia dengan alam dan Tuhan. Pura ini juga menjadi pusat ritual besar yang melibatkan seluruh masyarakat, sehingga tetap menjadi simbol budaya Bali yang hidup hingga kini.
Sejarah Pura Agung Besakih
Pura Besakih sudah ada ribuan tahun yang lalu, bahkan sebelum pengaruh Majapahit masuk ke Bali. Pura ini menjadi pusat ibadah raja dan rakyat, tempat melakukan upacara untuk keselamatan, kesuburan, dan kesejahteraan.
Kompleks Pura Besakih terdiri dari 23 pura kecil, dengan Pura Penataran Agung sebagai pura utama. Setiap pura memiliki fungsi khusus dan digunakan untuk menyembah dewa tertentu. Bangunan-bangunan ini mengikuti filosofi Tri Hita Karana, yang menekankan keharmonisan manusia dengan alam dan Tuhan.
Pada masa kerajaan Bali, Pura Agung Besakih juga menjadi pusat pendidikan seni dan budaya. Di sini berkembang tari, musik, dan kerajinan yang digunakan dalam ritual. Meskipun pernah rusak karena letusan Gunung Agung, pura ini tetap dipertahankan dan menjadi simbol ketahanan budaya Bali.
Arsitektur dan Keindahan Pura
Pura Agung Besakih memiliki arsitektur khas Bali. Bangunannya terbuat dari batu dan kayu, dihiasi ukiran simbol Hindu, dan bertingkat mengikuti lereng gunung. Setiap atap bertingkat disebut meru, jumlah tingkatnya ganjil dan mencerminkan status dewa yang dihormati.
Pura Penataran Agung memiliki meru utama bertingkat sebelas, dianggap paling suci. Sekitar meru terdapat berbagai pelinggih dan candi kecil yang digunakan untuk upacara. Halaman terbuka digunakan untuk prosesi ritual dan tempat umat beribadah.
Pura Besakih juga menjadi pusat pelestarian budaya. Banyak upacara rutin seperti Odalan (ulang tahun pura) diadakan setiap 210 hari. Upacara ini menampilkan tarian, gamelan, dan persembahan makanan, sehingga menjadi cara melestarikan tradisi dan mengajarkan generasi muda.
Peninggalan dan Nilai Budaya
Pura Agung Besakih bukan hanya bangunan fisik, tapi juga simbol budaya dan spiritual. Peninggalan yang bisa dilihat hingga kini antara lain candi-candi kecil, pelinggih, prasasti, dan patung dewa. Semua ini membantu kita memahami kehidupan masyarakat Bali dan kerajaan pada masa lalu.
Pura ini juga menjadi pusat keagamaan yang hidup. Upacara besar seperti Melasti dan Galungan tetap dilakukan di sini. Pura Besakih menjadi inspirasi pembangunan pura lain di Bali dan pusat pendidikan spiritual bagi umat Hindu.
Selain itu, Pura Besakih menarik wisatawan dari seluruh dunia. Mereka datang untuk melihat arsitektur, merasakan suasana spiritual, dan mempelajari budaya Bali. Dengan begitu, pura ini membantu melestarikan budaya sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Kesimpulan
Pura Agung Besakih adalah peninggalan bersejarah kerajaan Bali yang tetap hidup hingga kini. Dari sejarahnya yang panjang, arsitektur yang indah, hingga perannya dalam melestarikan budaya, pura ini menunjukkan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
Pura Besakih tetap relevan karena menjadi pusat ibadah, pelestarian seni, dan tempat belajar budaya. Keberadaannya membuktikan bahwa warisan kerajaan Bali mampu bertahan melintasi waktu, menginspirasi generasi muda, dan menjadi simbol kebanggaan budaya Bali.